Senin, 16 November 2020

I'rab

 

الإعراب

(I’rab)

الإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ الكَلِمِ لاِخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيْرًا

“I’rab adalah perubahan di akhir kalimat karena disebabkan perbedaan ‘amil yang masuk, perubahan secara lafzhiy atau taqdiriy.”

Pengertian i’rab di atas dikutip dari salah satu kitab Nahwu fenomenal yang sudah tidak asing lagi bagi para santri, terutama santri pesantren salafiyah atau tradisional, yaitu kitab Matn Al Ajrumiyyah, karangan Ibnu Ajjurum. Jika tashrif adalah perubahan yang terletak di pertengahan kalimat, maka i’rab membahas tentang perubahan yang terjadi di akhir kalimat. Contohnya : perubahan bacaan dari الكِتَابُ (al kitaabu), menjadi الكِتَابَ  (al kitaaba).

Kalimat yang bisa dii’rab disebut dengan mu’rab. Sedangkan kalimat yang tidak bisa dii’rab disebut mabni. Dengan kata lain, lawan dari mu’rab adalah mabni. Sebagian fi’il dan isim adalah mu’rab, sebagian lagi mabni. Isim mabni adalah isim yang dalam posisi apapun, tidak akan mengalami perubahan. Misalnya isim dhamir, ketika rafa’ kita membacanya dengan هُوَ, tidak akan pernah ditemukan bacaannya menjadi هُوِ, dan sebagainya.

Huruf hukumnya mabni, karena tidak akan berubah bacaannya dimanapun posisinya. Contohnya : وَ, tidak akan ditemukan bacaan وِ. Oleh sebab itu, huruf waw disebut “mabni ‘ala al fathi/ dibina atas fathah).

Mengapa bisa berubah?

Hal ini disebabkan karena alasan-alasan, seperti didahului huruf nashab, huruf jar, atau posisi kalimat tersebut, seperti sebagai mubtada’, khabar, dan lain sebagainya. Perubahan tersebut adakalanya secara lafadz, dan adakalanya taqdir.

Apa itu perubahan lafdzi dan taqdiri?

Perubahan lafdzi, yaitu perubahan yang terjadi dalam ucapan, bisa dilihat dan dirasakan perubahannya. Sedangkan perubahan taqdir tidak terlihat dan tidak dirasakan perubahannya.

Contoh perubahan lafdzi : قَالَ زَيْدٌ رَأَيْتُ زَيْدًا -  مَرَرْتُ بِزَيْدٍ

Perhatikan perubahan pada lafadz زَيْدٌ menjadi زَيْدًا. Dapat dilihat dan dirasakan ketika mengucapkannya.

Contoh perubahan taqdir : جَاءَ مُوْسَى رَأَيْتُ مُوْسَى مَرَرْتُ بِمُوْسَى

Pada contoh di atas, perubahan yang terjadi pada مُوْسَى  tidak terlihat dan tidak bisa dirasakan ketika mengucapkannya, meskipun posisi nya dalam suatu kalimat berubah-ubah. I’rab jenis ini ditemukan pada isim maqsur dan manqush. Masih ingat dengan dua istilah ini? Silakan lihat dan pahami lagi video yang sudah kita pelajari di awal-awal perkuliahan kemarin.

 

Pembagian I’rab

I’rab terbagi menjadi 4, yaitu rafa’, nashab, khafad dan jazm.

·         Rafa’ (رَفْعٌ)

Yaitu perubahan khusus yang ditandai dengan : dhammah (sebagai harakat asli), wawu, alif, dan nun (sebagai tanda pengganti).

Contoh :

الجَامِعَةُ وَاسِعَةٌ (pada kalimat al jaami’atu dan waasi’atun, tanda rafa’ nya adalah dhammah)

جَاءَ مُسْلِمُوْنَ (pada kalimat al muslimuuna, tanda rafa’ nya adalah huruf wawu)

 

      ·      Rafa’ memiliki empat tanda, dimana tanda-tanda tersebut digunakan pada tempat-                          tempat berikut:

ü  Dhammah : menjadi tanda bagi rafa’ pada isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim dan fi’il mudhari’ mufrad.

ü  Wawu : menjadi tanda bagi rafa’ pada jamak mudzakkar salim dan al asma’ al khamsah (isim yang lima)

ü  Alif : menjadi tanda bagi rafa’ pada isim tasniyyah atau mutsanna.

ü  Nun : menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari’ yang lima (al af’al al khamsah),

·         Nashab

Memiliki lima tanda, dimana harakat aslinya adalah fathah.

ü  Fathah : menjadi tanda nashab pada isim mufrad, jamak taksir, dan fi’il mudhari’ mufrad yang didahului oleh salah satu amil nawasib (huruf-huruf nashab).

ü  Alif : menjadi tanda nashab pada isim yang lima (al asma’ al khamsah).

ü  Kasrah : menjadi tanda nashab pada jamak muannats salim.

ü  Ya : menjadi tanda nashab pada isim tasniyyah dan jamak mudzakkar salim.

ü  Hadzf nun/ menghilangkan nun : menjadi tanda nashab pada fi’il mudhari’ af’alul khamsah.

·         Khafad/jar

Khafad merupakan pembagian i’rab yang hanya terdapat pada isim, tidak ditemukan pada fi’il. Memiliki tiga tanda. Harakat aslinya adalah kasrah.

ü  Kasrah : menjadi tanda khafad pada isim mufrad munsharif, jamak taksir munsharif dan jamak muannats salim. Munsharif adalah isim yang boleh diberi tanwin.

ü  Ya : menjadi tanda khafad pada asma al khamsah, isim tasniyyah dan jamak mudzakkar salim.

ü  Fathah : menjadi tanda khafad pada isim alladzi la yansharifu (isim ghairu munsharif), yaitu isim yang tidak boleh diberi tanwin.

·         Jazm

Jazm merupakan pembagian i’rab yang hanya terdapat pada fi’il dan tidak akan ditemukan pada isim. Tanda jazm ada dua, yaitu :

ü  Sukun : menjadi tanda jazm pada fi’il mudhari’ mufrad yang shohih akhir. Fi’il yang shohih akhir adalah fi’il yang huruf akhirnya bukan merupakan huruf ilat (alif, waw dan ya).

ü  Hadzf : menjadi tanda jazm pada fi’il mudhari’ mufrad yang huruf akhirnya terdiri dari salah satu huruf ilat, atau dalam istilah sharf dikenal dengan fi’il mu’tal akhir.

 

Semoga bermanfaat.

Marhamah Ulfa

Bengkalis, 16 November 2020

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar