مرفوعات الأسماء
Isim-isim yang dirafa’kan
Sebelumnya kita sudah membahas tentang pembagian i’rab. Sedikit
mengulang, i’rab terbagi menjadi 4 yaitu rafa’, nashab, khafad dan jazm. Rafa’
dan nashab merupakan i’rab yang terdapat pada isim dan fi’il. Sedangkan khafad
hanya terdapat pada isim, dan jazm hanya terdapat pada fi’il.
Rafa’ terdapat pada fi’il mudhari’ selama fi’il tersebut
tidak dimasuki oleh amil nashab dan amil jazm.
Sedangkan kalimah isim yang dibaca rafa’ ada tujuh,
yaitu:
1. Fa’il. Contohnya
: غَضَبَ
زَيْدٌ
2. Naib fa’il.
Contohnya : ضُرِبَ
زَيْدٌ
3. Mubtada. Contohnya : زَيْدٌ قَائِمٌ (kalimah
“zaid” adalah mubtada)
4. Khabar,
contohnya : زَيْدٌ
قَائِمٌ (kalimah قَائِمٌ adalah khabarnya)
5. Isim كان dan saudara-saudaranya. Contohnya : كَانَ اللهُ رَحِيْمًا
6. Khabar إنّ dan saudara-saudaranya. Contohnya : إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ
7. Isim
yang mengikut pada isim marfu’ (isim yang dirafa’kan).
a.
Na’at (sifat). Contoh : جَاءَ الطَالِبُ المَاهِرُ
b.
Athof (penghubung). Contoh : جَاءَ الأُسْتَاذُ وَالطَالِبُ
c.
Taukid (penguat/penegasan). Contoh : جَاءَ الطَّالِبُ نَفْسُهُ
d.
Badal (pengganti). Contoh : جَاءَ الطَّالِبُ أَخُوْكَ
Kali ini kita fokus membahas tentang fa’il
dan naib fa’il.
Fa’il
Fa’il dan naib fa’il merupakan dua
kalimah isim yang dibaca rafa’. Fa’il merupakan isim yang dibaca rafa’, yang fi’ilnya
disebutkan terlebih dahulu. Fi’il dan fa’il harus muthabaqah (sesuai) dari segi
jenisnya. Jika failnya mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus mudzakkar. Begitu pula
jika failnya muannats, maka fi’ilnya juga harus muannats.
Contohnya : قَامَ الطَّالِبُ (seorang siswa telah berdiri)
قَامَ :
berdiri
الطَّالِبُ :
siswa
Nah, pada kalimat ini, kata الطَّالِبُ merupakan fa’il, karena merupakan pelaku
dari pekerjaan “berdiri” dan dibaca rafa’. Tanda rafa’ nya adalah dhammah, karena
isim mufrad. Seperti yang sudah pernah dibahas sebelumnya, bahwa dhammah
merupakan tanda rafa’ untuk isim mufrad baik itu mudzakkar ataupun muannats.
Sudah paham? Baik, kita buat satu contoh
lagi.
تَكْتُبُ فَاطِمَةُ الرِّسَالَةَ (Fatimah
menulis surat).
Kata “تَكْتُبُ” adalah fi’il (pekerjaan). Siapa yang
menulis? Ya, yang menulis adalah “Fatimah”, maka Fatimah adalah fa’il (pelaku).
Sedangkan “الرِّسَالَةُ” adalah maf’ul
bih (objek). Mengapa kata “فَاطِمَةُ” berharkat dhammah? Karena merupakan isim
mufrad.
Sampai disini bisa dipahami kan?
Ada dua pembagian fa’il, yaitu zhohir
dan mudhmar. Dua contoh di atas adalah fail yang bentuknya zhohir (jelas),
karena penulisannya jelas terlihat. Sedangkan fa’il yang mudhmar adalah fa’il
yang berupa dhomir, yang terdapat pada contoh : ضَرَبْتُ، ضَرَبْنَا dan
seterusnya, dimana fa’il nya berupa dhomir dan tidak dituliskan secara zhohir.
Naib Fa’il
Naib fa’il adalah isim yang dibaca rafa’,
tanpa disebutkan fa’ilnya terlebih dahulu. Sebagaimana fa’il yang harus
muthabaqah dengan fi’ilnya, naib fa’il pun harus muthabaqah.
·
Jika fi’ilnya adalah fi’il madhi, maka
huruf awalnya didhommahkan, dan huruf sebelum akhirnya dikasrohkan. Contoh : كُتِبَتْ الرِّسَالَةُ (sebuah surat
telah ditulis).
·
Jika fi’ilnya adalah fi’il mudhari’,
maka huruf mudhara'ah didhommahkan, dan huruf sebelum akhirnya difathahkan. Contoh : يُفْتَحُ البَابُ (pintu sedang dibuka).
Kata “الرسالة” dan “الباب” adalah naib fa’il. Fi’il dari keduanya
muthabaqah dengan jenisnya (mudzakkar dan muannats). Pada dua kalimat di atas,
tidak diketahui siapa fa’ilnya, oleh karena itu digunakanlah naib fa’il
(yang pada awalnya adalah maf’ul) dan dibaca dengan rafa’.
Semoga Bermanfaat.
Marhamah Ulfa
Bengkalis, 22 November 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar